Sabtu, 19 September 2020

Perbekalan

"Semakin banyak perbekalan yang kau bawa dalam sebuah syafar semakin payah engkau mengangkat beban semakin lambat pula engkau mencapai tujuan! Tapi engkau tidak perlu meninggalkan seluruh perbekalanmu, yang harus kau lakukan adalah membelanjakannya dengan benar, sedikit demi sedikit bebanmu luruh sehingga engkau tidak terlalu 'cepat dan tidak terlalu lambat' mencapai tujuan. Selanjutnya Halilullah Ibrahim As berdoa Aslamtu Lirobil alamin."

Lihatlah para pendahulumu dalam agama (para salaf) mereka berbekal namun mereka hanya bertawakal kepada Allah SWT : karna mereka tahu perbedaan antara berbekalkan tawakal dan bertawakal pada bekal.
Bahwasannya tawakal itu dari mula sampai tidak terkira pada masa dan suasan inilah syafarnya para salaf ; mereka berbekal namun tawakalnya tidak datang karna sebab sebab yang menghadirkannya, inilah yang di maksud Ibnu Atoilah RH dalam hikamnya "tanda keberhasilan seorang hamba dalam sebuah perjalanan adalah berserah diri sejak semula."

Namun bertawakal pada bekal artinya mereka bertawakal kepada sebab sebab yang mendatangkannya baik mereka membawa bekal ataupun tidak membawa bekal atau seperti orang yang berkata "berusaha saja dulu dengan maksimal setelah itu sisanya serahkan kepada Allah" mereka tidak sadar telah menjadikan yang utama (Allah) sebagai yang kedua (pelatian) ini sungguh sangat lancang bukan, ketika berhasil mereka katakan ini hasil jerih payahku dan ketika gagal mereka berputus asa dan berburuk sangka kepada Rabnya, atau seperti orang yang berkata "tidak usah membawa bekal kita serahkan saja segalanya kepada Allah SWT, mereka tidak sadar bahwa mereka telah meninggalkan hak-haknya terhadap Allah dalam syariat ; inilah tawakalnya orang orang bodoh. Maka hujatul islam Al Gazali RH mengatakan bahwa "berserah diri itu dengan pengetahuan bukan dengan kejahilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar