Jumat, 25 September 2020

Menelisik Esensi doa

Bismillahirrahmanirrahim
Menelisik Esensi doa?

Yah bahwasannya tak terhitung banyaknya mereka-mereka yang merasa kecewa.
Semula, manusia kecewa kepada kehidupan kemudian kecewa kepada Tuhan: Orang miskin yang selalu diperlakukan tidak adil oleh masyarakat di sekitarnya; mahasiswa cerdas yang dijatuhkan dosen yang iri akan kecerdasannya. perempuan berjilbab yang dikhianati suaminya, yang dahulu terkesan shaleh dan alim. Profesor yang memilih “kafir” karena ditipu puluhan juta oleh seorang Ustad, pemikir Islam yang kecewa dengan keadaan umat Islam yang miskin dan terbelakang dan masih banyak lagi bentuk bentuk kekecewaan lainnya lalu Mereka sampai pada sebuah  kesimpulan salah: berdoa tidak perlu. Ada dua alasan utama mengapa mereka sampai pada kesimpulan itu.

Pertama : mereka memandang Kesulitan hidup tak pernah selesai dengan doa;

Kedua : Bila doa kita tidak dikabulkan karena gelimang dosa, sedang semua orang pasti berdosa ? Yah bahwasannya pemikiran seperti ini memang benar namun kesalahannya mereka berhenti pada muara keputus asaan bukan justru memperbaiki diri dalam penghambaannya kepada Allah. Keputus asaan itu berkata ;"apa perlunya berdoa" toh tidak akan di kabulkan.

Ketiga : suudzon kepada Allah. Mereka lalai terhadap nikmat Allah dan lupa kepada hak hak mereka terhadap tuhannya.

Sayang sekali. Pasalnya, mereka lupa untuk meninjau kembali konsep doa dan mereka melupakan siapa dirinya lalu lupa akan adab adab kepada tuhannya.
Kita bisa saja memandang doa sebagai mantra magis untuk mengendalikan alam semesta, namun tuhan tidak bisa dilihat sebagai kekuatan gaib yang harus tuduk kepada kemauan kita.
Jika demikian, doa kita mirip lampu Aladin dan Tuhan yang menjadi jinnya. Ketika kita berdoa, Tuhan harus keluar untuk bersimpuh di depan kita, “Tuan, katakan kehendak Tuan“.
Karena itu, ketika Tuhan tidak memenuhi kehendak kita, kita marah kepada-Nya. Kita kecewa dan segera membuang lampu Aladin itu.
Tahu dirilah bahwa kita seorang hamba. Maka pantaslah Ibnu Ataillah Rahimahullah dalam kitab Al hikam yang kurang lebih beliau berkata ;"doa bukanlah sebuah tuntutan melainkan sebuah penyerahan diri ; 'janganlah engkau di sibukan kepada tuntutanmu terhadap hak hak Allah terhadapmu tapi sibukanlah dirimu kepada hak hakmu terhadap perintah perintah Allah."

“Bila anda ingin tahu posisi anda di sisi Tuhan, lihatlah di mana posisi Tuhan di hati Anda”,  ujar Imam Ja’far as-Shadiq. Alangkah tidak beradabnya kita di mata Tuhan bila memperlakukannya sebagai jin dalam lampu Ajaib.
Kita mungkin bisa berdalih, doa adalah ungkapan cinta. Yah... tapi Masalahnya, kita hanya berdoa kepada-Nya ketika memerlukan-Nya. Cinta macam apa seperti ini? Cinta masa puber kah.

Janganlah seperti orang yang mengatakan, "Aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu.' tapi jadilah orang yang mengatakan , ; Aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu."

Sedikit saya membawakan beberapa kisah yang mudah mudahan bisa di jadikan i'tibar.

Sebelum beranjak lebih jauh, saya ingin menyebutkan dua hadis qudsi yang sangat menyentuh.

Pertama,
Hadis qudsi yang mengisahkan dua raja :
dulu ada seorang raja yang sepanjang hidupnya hanya berbuat maksiat dan zalim. Kemudian, ia jatuh sakit. Para tabib meminta agar ia berpamitan saja kepada keluarga, sebab ia tidak bisa disembuhkan kecuali dengan sejenis ikan. Dan, sekarang ini bukan musimnya ikan itu muncul di permukaan laut. Namun, Tuhan mendengar itu, dan memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan agar muncul ke permukaan laut. Singkat cerita, akhirnya raja dapat memakan ikan itu. Ia pun sembuh seperti sedia kala.
Pada saat yang sama, di negeri lainnya ada seorang raja yang adil dan saleh jatuh sakit. Para tabib juga mengatakan bahwa obatnya adalah ikan yang sama. Tapi jangan khawatir, sekarang ini musim ikan itu muncul di permukaan laut. Sangat mudah memperoleh ikan itu. Namun, Tuhan justru memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan itu masuk ke sarang-sarangnya. Akhir cerita, raja yang adil itu menghembuskan nafsanya yang terakhir.

Seperti kita di bumi, konon, di alam malakut sana para malaikat bingung. Mengapa doa raja yang shaleh itu tidak dipenuhi, sementara justru doa raja yang zalim itu dipenuhi ?  kemudian Tuhan berfirman,
“Walaupun yang zalim ini banyak berbuat dosa, pernah juga dia berbuat baik. Demi kasih sayang-KU, AKU berikan pahala amal baiknya. Sebelum meninggal dunia, masih ada amal baiknya yang belum AKU balas. Maka KU-segerakan membalasnya, supaya dia datang kepada-KU hanya dengan membawa dosa-dosnya”.(Artinya, sudah tidak ada lagi amal salehnya yang harus dibalas). “Demikian juga dengan raja yang saleh itu. Walaupun ia banyak berbuat baik, ia pernah juga berbuat buruk. Aku balas semua keburukannya dengan musibah. Menjelang kematiannya masih ada dosanya yang belum KU balas. Maka, AKU tolak doanya untuk mendapatkan kesembuhan, supaya bila ia datang kepada-KU, ia hanya membawa amal salehnya.

Kedua,
Ingatkah kita pada hamba Allah yang mulia bernama Zakaria yang berdoa ingin punya anak dan beliau adalah seorang nabi, Setelah menikah pada usia 20 tahun, setiap hari ia berdoa. Meski terus berdoa sampai berusia 80 tahun, doanya tidak juga terkabul. Berhentikah beliau berdoa ? kecewakah beliau kepada Tuhan ? Tidak. Beliau justru terus berdoa. Karna itulah Tuhan memuji Zakariyya, setelah Zakariyya memuji Tuhan.

“Ingatlah rahmat Tuhanmu untuk hamba-Nya Zakaria. Ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara lembut. Ia berkata, “Tuhanku, sungguh sudah rapuh tulangku, sudah berkilauan kepalaku dengan uban, tetapi aku belum pernah kecewa untuk berdoa kepada-Mu, Ya Tuhanku” (QS. 19:2-4)

Nabi Zakaria seorang Nabi yang di jaga dari dosa tapi Tuhan tidak menyegerakan mengabulkan doanya. Kita baru berdoa beberapa minggu saja sudah menggerutu.

Hadits qudsi; “Tuhan berfirman kepada para malaikat : ‘Disana ada seorang hamba-Ku  yang fasik, banyak berbuat dosa, berdoa kepada-Ku. Segera penuhi permintaanya. AKU bosan mendengar suaranya. Ditempat yang lain ada seorang hamba-KU yang saleh sedang berdoa kepada-KU. Tapi, tangguhkan permintaanya. AKU senang mendengar rintihannya“.

Lalu; Tidakkah kita ingat tentang kisah Nabi Allah Musa a.s Ia berjuang dan berdoa untuk kejatuhan Fir’aun dalam waktu yang tidak sebentar. “Ada rentang waktu empat puluh tahun antara permulaan doa Musa a.s,” ujar Imam Ja’far. Nabi Musa yang tak berdosa saja mau menunggu selama empat puluh tahun untuk menggulingkaan fir'un.

Wallahualam bisawab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar