Minggu, 27 September 2020
Tidak perlu khawatir pada masa depan
Jumat, 25 September 2020
Kekuasaan Absolut
Banyak saat mengunci mulut
Bantahan terhadap kaum sekuler
Ketika Sayidina Ali bin abi tolib KW ditanya orang sekuler dari golongan yahudi yang +- redaksinya seperti ini ; "apakah kehendak Allah mendahului segala sesuatu?" Di jawab yah benar. "Apakah Allah sudah tahu siapa yang akan jadi ahli neraka atau ahli surga?[1] Di jawab yah benar. "Apakah rencana Allah itu tidak akan gagal?" Di jawab yah benar.
Orang sekuler itupun melanjutkan dengan niat menyudutkan beliau "kalau begitu untuk apa 'bersyariat' kalo semua sudah di tentukan?" Di jawab : agar jelas sebab apa engkau menjadi ahli surga atau ahli neraka. Perdebatanpun selesai dengan kemenangan beliau atas orang sekuler.
Ketika seseorang bertanya kepada hujatul islam tuan Abu hamid bin muhamad bin muhamad bin ahmad Al Gazali ; "Apa gunanya doa dan ikhtiar sementara taqdir Allah tidak bisa di tolak?"
Lalu beliau menjawab : secara umum tolak bala itu juga termasuk taqdir karna ketentuan Allah diturunkan bersamaan dengan sebabnya, jadi ketika Allah menentukan sesuatu maka Allah juga menentukan sebab sebabnya. Maka beliau menjawabnya secara syariat tanpa melepaskan hakikat, menjawabnya dengan ubudiyah tanpa terpisah dari rububiayah. Semoga Allah meridai beliau.
Maka senadalah dengan pernyataan ibnu Atoilah asakandari dalam kitab hikamnya yang kurang lebih seperti ini "Segala sesuatu yang terjadi di alam ini baik penetapan atau perubahannya tidak akan pernah terjadi di luar alam."
Semoga Allah meridai beliau.
Catatan :
1.
ۖ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang meraka
. ۚ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ
Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya.
I'broh.
: "Allah mengetahui dan kita tidak mengetahui karna itulah seharusnya kita bersikap seperti orang yang tidak mengetahui, jauhi syakwasangka jadilah orang yang tau diri karna pengetahuan kita adalah ketidak tahuan dan kemampuan kita adalah ketidak mampuhan!"
"Ketika seseorang melewati jalan yang tidak ia kenal medan dan juga kondisinya lagi gelap maka orang yang berakal akan senantiasa berhati-hati baik dengan lapu penerangan (ilmu) apalagi tidak dengan lampu penerangan (tidak berilmu) tentu seharusnya ia akan lebih waspada bukan : Jadi asalkan kita memiliki logika yang sehat kita akan memahaminya kita harus menanamkan keyakinan ini di dalam kesadaran murni kita dengan tidak melanggar 'konstitusi ilmu'.
Secara syariat di alam kausal (asbab/sebab musabab) kita akan berkata "sebab mendatangkan akibat" : di alam basyariah pernyataan ini benar atau separuh benar.
Secara hakikat kesadaran murni kita akan berkata akibat mendatangkan sebab (kehendak Allah turun bersamaan dengan sebabnya) dan itu berarti sebenarnya 'taqdir tidak memerlukan undangan' : jadi "kehendak dan juga sebabnya, hakikat dan syariatnya kesemua atau keduanya itu bukan sebuah pilihan melainkan kita harus menelan keduanya seperti 'sebuah hidangan dalam nampan yang sama pada sebuah perjamuan agama dan bagian masing-masing orang adalah apa yang mampuh ia cicipi dari keduanya' sebagaimana Tasawuf dan juga fiqih. Seperti mana pernyataan Al Imam As syafi'i ; suatu waktu beliau mencela Ahli Fiqih dan pada waktu lain mencela Ahli tasawuf yang menjadikan pernyataan utuh dalam kesimpulannya "di dunia ini hanya ada dua Ahli, pertama ahli fiqih kedua ahli tasawuf maka janganlah kalian menjadi salah satu dari dua itu tetapi jadilah keduanya.
Jika engkau menjadi Ahli fiqih saja kamu akan keras hati dan sombong sehingga tidak bisa merasakan kenikmatan ibadah melainkan luarnya saja dan jika engkau menjadi ahli tasawuf saja maka engkau akan zindik tersesat ke jalan setan.
Jadi keduanya harus di fahami secara bersamaan. "Jika kita ingin mengerti lautan dan sungai secara bersamaan maka kita harus memahami koala yang mana koala itu bukan laut bukan juga sungai, bukan selain laut atau sungai, bukan asin atau tawar, bukan selain asin dan juga bukan selain tawar."
Jadilah umat yang ideal sebagaimana dimaksud.
Allah Ta’ala berfirman :
(وكذلك جعلناكم أمة وسطا ) “ Dan Yang Demikian Itu Kami Jadikan Kalian (Umat
Islam ) Sebagai Umat Pertengahan”.
Perbekalan
Bumi tidak bisa menyucikan manusia
Ketika fathul makah baginda Nabi Muhamad SAW bersama kaum muslimin berjaya membebaskan kembali tana harom dan menyucikan kembali ka'bah. Kemudian di lanjutkan sahabat As sidik Abu Bakasr RA, sistem pemerintahan mulai di buat secara konstitusi dan di sempurnakan dimasa Al Faruk Umar RA.
Kemudian beliau mulai menyurati Sahabat sahabat yang di luar makah atau di luar negeri untuk kembali ke makah yang +- maksudnya seperti ini "kini mekah sudah aman dan damai kembalilah ke makah untuk beribadah di tanah harom yang pahalanya 1000 kali lipat daripada daerah lain." Sebagian sahabat kembali ke mekah sebagian sahabat yang senior tidak termasuk Salman Al Farisi RA, Kemudian salman mbalas surat umar dengan berkata +- seperti ini :
اعلمو ان الارض لم تقدس احدا
وانما يقدس الرجل عمله
ولكن انشروا في بلا دالله
وعلموا فان التعليم داب الامنبياء
"Bumi itu tidak bisa menyucikan manusia, yang bisa menyucikan manusia itu amalnya sendiri.
Maka menyebarlah kalian di seluruh penjuru dunia dan ajarkan islam, karna mengajarkan islam dan menyebarkannya adalah watak para nabi. "
Karna itu dimanapun kita berada tebarkanlah kebenaran dan berbuat benarlah. Cobalah kita tiru watak para nabi, dimanapun mereka berada mereka menegakan tauhid, untuk itu kita harus mengawalnya agar lestari, terutama pada anak keturunan kita atau pada sekup yang lebih luas. Berusahalah agar kita tidak mengecewakan siapapun demi kehormatan agama ini.