"Gantikan kejahatan dengan kebaikan dan jagalah kebaikan dengan amar makruf nahyi munkar ; kebaikan orang yang bermaksiat adalah pertobatan lalu menggantinya dengan perbuatan baik dan kebaikan dari kebaikan orang yang berbuat baik adalah amar makruf nahyi munkar."
'Mencintai karna Allah dan membenci karna Allah' adalah dua yang tidak di pisahkan dari amar makruf nahyi munkar.
Pernahkah engkau dengar bahwa ada orang baik yang di azab Allah SWT ?
Yah bahwasannya ‘Âisyah Ra meriwayatkan bahwa Nabi Saw
bersabda, “Allah mengadzab penghuni kampung
yang di situ mereka mengerjakan delapan belas
ribu perbuatan para nabi.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa demikian?” Nabi Saw
menjawab, “Mereka tidak membenci karena
Allah, tidak menyuruh kebajikan, dan tidak
mencegah kemunkaran.”
Abû Dzar al-Ghifârî Ra berkata, “Abû Bakar
al-Shiddîq Ra bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
apakah ada jihad lain selain memerangi orangorang musyrik?’ Beliau menjawab, “Ada, wahai
Abû Bakar. Allah memiliki para pejuang di
bumi yang lebih utama daripada para syuhada
yang hidup dengan diberi rezeki dan berjalan
di bumi. Allah membanggakan mereka kepada
para malaikat langit dan menghias surga untuk
mereka seperti Ummu Salamah berhias untuk
Rasulullah Saw.’ Abû Bakar bertanya lagi,
‘Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?’ Beliau
menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yang menyuruh kebajikan, mencegah kemunkaran, serta
mencinta dan membenci karena Allah.’ Selanjutnya beliau bersabda, ‘Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, hamba itu berada di
kamar yang terletak di atas kamar-kamar lain di
atas kamar-kamar para syuhada. Setiap kamar itu
memiliki tiga ratus pintu dari yakut, zamrud, dan
emas. Di atas setiap pintu ada cahaya. Laki-laki
dari mereka menikahi tiga ratus ribu bidadari
yang menyilaukan mata. Setiap kali memandang
salah satunya, bidadari itu berkata, ‘Ingatkah
engkau pada hari begini dan begitu ketika engkau menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran?’ Dan setiap kali memandangnya, bidadariitu menyebutkan perintah untuk mengerjakan
kebaikan dan mencegah kemunkaran.”’
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa
Allah bertanya kepada Mûsâ As, “Wahai Mûsâ,
apakah engkau telah mengerjakan suatu amalan
untuk-Ku?” Mûsâ As menjawab, “Wahai Tuhanku, aku telah mengerjakan shalat, puasa,
bersedekah, bersujud karena-Mu, dan berdzikir
kepada-Mu.” Allah berkata, “Wahai Mûsâ, di
dalam shalat ada pembelaan bagimu, di dalam
puasa ada surga untukmu, di dalam sedekah
ada naungan untukmu, dan di dalam tasbih ada
cahaya untukmu. Lalu, apa amalan lain yang
engkau kerjakan untuk-Ku?” Mûsâ As menjawab, “Wahai Tuhanku, tunjukkan kepadaku
amalan yang dapat aku kerjakan untuk-Mu.”
Allah berkata, “Wahai Mûsâ, apakah engkau
menolong wali-Ku? Apakah engkau memusuhi
musuh-Ku?”
Musa mengerti bahwa amalan yang paling
utama adalah mencintai dan membenci karena
Allah, dan membenci musuh-musuh-Nya.
Abû ‘Ubaydah bin Jarrâh Ra berkata, “Aku
bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, syuhada mana yang paling mulia bagi
Allah ‘Azza wa Jalla?’ Nabi Saw menjawab,
‘Seorang yang mendatangi pemimpin yangdurhaka, lalu menyuruhnya berbuat kebaikan
dan mencegahnya berbuat kemunkaran, kemudian dia terbunuh. Jika tidak terbunuh, qalam
tidak bekerja setelah itu. Kalaupun hidup, dia
tidak dianggap hidup.’”
Al-Hasan al-Bashrî Ra berkata, “Rasulullah
Saw bersabda, ‘Seutama-utama syuhada umatku
adalah orang yang mendatangi pemimpin yang
durhaka, lalu menyuruhnya berbuat kebaikan
dan mencegahnya dari kemunkaran, kemudian
dia terbunuh, maka itulah syahid. Tempatnya
di surga adalah di antara tempat Hamzah dan
Ja‘far.’”
Allah mewahyukan kepada Yûsa‘ bin Nûn
As, “Aku akan membinasakan empat puluh ribu
orang baik dan enam puluh ribu orang jahat di
antara kaummu?” Yûsa’ bertanya, “Wahai Tuhanku, tentang orang-orang jahat, aku memaklumi.
Akan tetapi, bagiamana dengan orang-orang
baik?” Allah menjawab, “Mereka tidak membenci
karena kebencian-Ku serta mempercayai dan
minum bersama orang-orang jahat.”
Anas Ra berkata, “Kami bertanya kepada
Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, haruskah
kami memerintah kebaikan sebelum mengerjakan
seluruhnya dan tidak mencegah kemunkaran
sebelum menjauhi semuanya?” Beliau menjawab, ‘Perintahkanlah kebaikan walaupun kamu sekalian tidak mengetahui seluruhnya dan cegahlah
kemunkaran walaupun kalian tidak menjauhi
semuanya.”’
Seorang ulama salaf berwasiat kepada anaknya, “Apabila seseorang dari kalian hendak
memerintahkan kebaikan, teguhkanlah dirimu
dengan kesabaran dan yakinilah pahala dari Allah. Barangsiapa yang meyakini pahala dari Allah, dia tidak akan tesentuh penderitaan.”[]