Senin, 13 Juli 2020

Amar makruf nahyi munkar

"Gantikan kejahatan dengan kebaikan dan jagalah kebaikan dengan amar makruf nahyi munkar ; kebaikan orang yang bermaksiat adalah pertobatan lalu menggantinya dengan perbuatan baik dan kebaikan dari kebaikan orang yang berbuat baik adalah amar makruf nahyi munkar."
'Mencintai karna Allah dan membenci karna Allah' adalah dua yang tidak di pisahkan dari amar makruf nahyi munkar.
Pernahkah engkau dengar bahwa ada orang baik yang di azab Allah SWT ?
Yah bahwasannya ‘Âisyah Ra meriwayatkan bahwa Nabi Saw 
bersabda, “Allah mengadzab penghuni kampung 
yang di situ mereka mengerjakan delapan belas 
ribu perbuatan para nabi.” Para sahabat ber￾tanya, “Bagaimana bisa demikian?” Nabi Saw 
menjawab, “Mereka tidak membenci karena 
Allah, tidak menyuruh kebajikan, dan tidak 
mencegah kemunkaran.”
Abû Dzar al-Ghifârî Ra berkata, “Abû Bakar 
al-Shiddîq Ra bertanya, ‘Wahai Rasulullah, 
apakah ada jihad lain selain memerangi orang￾orang musyrik?’ Beliau menjawab, “Ada, wahai 
Abû Bakar. Allah memiliki para pejuang di 
bumi yang lebih utama daripada para syuhada 
yang hidup dengan diberi rezeki dan berjalan 
di bumi. Allah membanggakan mereka kepada 
para malaikat langit dan menghias surga untuk 
mereka seperti Ummu Salamah berhias untuk 
Rasulullah Saw.’ Abû Bakar bertanya lagi, 
‘Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?’ Beliau 
menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yang me￾nyuruh kebajikan, mencegah kemunkaran, serta 
mencinta dan membenci karena Allah.’ Selan￾jutnya beliau bersabda, ‘Demi Dzat yang diri￾ku dalam kekuasaan-Nya, hamba itu berada di 
kamar yang terletak di atas kamar-kamar lain di 
atas kamar-kamar para syuhada. Setiap kamar itu 
memiliki tiga ratus pintu dari yakut, zamrud, dan 
emas. Di atas setiap pintu ada cahaya. Laki-laki 
dari mereka menikahi tiga ratus ribu bidadari 
yang menyilaukan mata. Setiap kali memandang 
salah satunya, bidadari itu berkata, ‘Ingatkah 
engkau pada hari begini dan begitu ketika eng￾kau menyuruh kebaikan dan mencegah kemun￾karan?’ Dan setiap kali memandangnya, bidadariitu menyebutkan perintah untuk mengerjakan 
kebaikan dan mencegah kemunkaran.”’
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa 
Allah bertanya kepada Mûsâ As, “Wahai Mûsâ, 
apakah engkau telah mengerjakan suatu amalan 
untuk-Ku?” Mûsâ As menjawab, “Wahai Tu￾hanku, aku telah mengerjakan shalat, puasa, 
bersedekah, bersujud karena-Mu, dan berdzikir 
kepada-Mu.” Allah berkata, “Wahai Mûsâ, di 
dalam shalat ada pembelaan bagimu, di dalam 
puasa ada surga untukmu, di dalam sedekah 
ada naungan untukmu, dan di dalam tasbih ada 
cahaya untukmu. Lalu, apa amalan lain yang 
engkau kerjakan untuk-Ku?” Mûsâ As men￾jawab, “Wahai Tuhanku, tunjukkan kepadaku 
amalan yang dapat aku kerjakan untuk-Mu.” 
Allah berkata, “Wahai Mûsâ, apakah engkau 
menolong wali-Ku? Apakah engkau memusuhi 
musuh-Ku?”
Musa mengerti bahwa amalan yang paling 
utama adalah mencintai dan membenci karena 
Allah, dan membenci musuh-musuh-Nya.
Abû ‘Ubaydah bin Jarrâh Ra berkata, “Aku 
bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasu￾lullah, syuhada mana yang paling mulia bagi 
Allah ‘Azza wa Jalla?’ Nabi Saw menjawab, 
‘Seorang yang mendatangi pemimpin yangdurhaka, lalu menyuruhnya berbuat kebaikan 
dan mencegahnya berbuat kemunkaran, kemu￾dian dia terbunuh. Jika tidak terbunuh, qalam
tidak bekerja setelah itu. Kalaupun hidup, dia 
tidak dianggap hidup.’”
Al-Hasan al-Bashrî Ra berkata, “Rasulullah 
Saw bersabda, ‘Seutama-utama syuhada umatku 
adalah orang yang mendatangi pemimpin yang 
durhaka, lalu menyuruhnya berbuat kebaikan 
dan mencegahnya dari kemunkaran, kemudian 
dia terbunuh, maka itulah syahid. Tempatnya 
di surga adalah di antara tempat Hamzah dan 
Ja‘far.’” 
Allah mewahyukan kepada Yûsa‘ bin Nûn 
As, “Aku akan membinasakan empat puluh ribu 
orang baik dan enam puluh ribu orang jahat di 
antara kaummu?” Yûsa’ bertanya, “Wahai Tuhan­￾ku, tentang orang-orang jahat, aku memaklumi. 
Akan tetapi, bagiamana dengan orang-orang 
baik?” Allah menjawab, “Mereka tidak membenci 
karena kebencian-Ku serta mempercayai dan 
minum bersama orang-orang jahat.”
Anas Ra berkata, “Kami bertanya kepada 
Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, haruskah 
kami memerintah kebaikan sebelum mengerjakan 
seluruhnya dan tidak mencegah kemunkaran 
sebelum menjauhi semuanya?” Beliau menjawab, ‘Perintahkanlah kebaikan walaupun kamu seka￾lian tidak mengetahui seluruhnya dan cegahlah 
kemunkaran walaupun kalian tidak menjauhi 
semuanya.”’
Seorang ulama salaf berwasiat kepada anak￾nya, “Apabila seseorang dari kalian hendak 
memerintahkan kebaikan, teguhkanlah dirimu 
dengan kesabaran dan yakinilah pahala dari Allah. Barangsiapa yang meyakini pahala dari Allah, dia tidak akan tesentuh penderitaan.”[]